Thursday, May 3, 2018

Bakau Kebaikan (6): Menyelesaikan Teka Teki


Diskusi untuk menulis cerita itu berjalan baik. Mereka saling menghargai pendapat masing-masing, mau mendengarkan dan bersama-sama mencari solusi. Mereka juga mendapat ide saat menyelesaikan cerita, “Pasti Paman akan membuat sesuatu dengan botol-botol itu!”
Benar saja, Paman mulai memotong botol-botol yang sudah kering dengan model tertentu untuk dijadikan pot bunga. Disana juga ada Nissa yang melukis botol-botol itu bergambar kelinci. Ada banyak cat warna disana dengan banyak kuas kecil juga.

“Kenapa Paman tidak memanggil kami? Kami kan bisa membantu,” tanya Iqbal.
“Tadi Paman lihat kalian sedang belajar,” jawab Paman.
“Tapi, sekarang sudah selesai, Paman.”
Alang, Iqbal dan Yuda mengamati bagaimana cara membuat pot. Ada banyak model pot yang bisa dibuat dari botol minuman kemasan, mereka hanya perlu memilih mana yang mereka suka. Lalu Paman akan mencontohkan cara membuat model yang mereka suka.
“Hewan apa yang berdarah biru dan mempunyai banyak jantung?” tanya Paman di sela-sela kegiatan mereka.
Mereka berpikir. Hewan apa ya? Bukannya hewan sama seperti manusia, berdarah merah? Atau itu hanya ungkapan? Berdarah biru adalah julukan untuk keturunan keluarga bangsawan. Yuda pernah membaca istilah itu di dongeng-dongeng pengantar tidur.
“Paus biru?” jawab Yuda. Ukuran paus biru besar sekali. Cocok untuk menjadi raja laut. Lagipula, namanya paus biru. Mungkin saja dia berdarah biru.
Nisa menggeleng lalu tertawa. “Nissa tahu jawabannya. Ikan gurita. Gurita mempunyai tiga jantung. Paman pernah mengatakannya,” jawab Nissa.
Paman Zaki mengangguk. Jawaban Nissa benar.
“Kalian tahu sesuatu dengan paus biru? Panggilan suara yang dibuat oleh paus biru mencapai 188 desibel. Suara terkeras yang bisa dibuat oleh hewan di dunia ini,” Paman Zaki menerangkan tentang paus biru.
Paman Zaki menjelaskan tentang kuda laut yang ternyata kuda laut jantanlah yang melahirkan. Udang yang jantungnya berada di kepalanya. Bunga karang yang tidak mempunyai kepala, mulut, mata, tulang, paru-paru dan organ vital lainnya tapi menakjubkan, mereka tetap hidup. Juga tentang spesies ubur-ubur tertentu yang hidup abadi.
“Sudah selesai?” tanya Paman setelah menjelaskan tentang hewan laut yang menakjubkan.
Mereka menggeleng. Kadang-kadang mereka lupa untuk membuat potnya saat mendengarkan penjelasan Paman Zaki.
“Paman pasti dulu juara satu,” tebak Alang.
Paman tertawa, “Paman tidak pernah juara satu, Lang. Bahkan Paman pernah hampir tinggal kelas,” jelas Paman.
“Kenapa Paman?”
“Paman kebanyakan main. Sampai lupa sekolah.”
Seperti Dimas? Alang pernah punya teman bernama Dimas. Satu sekolah juga dengannya dulu. Dimas jarang masuk sekolah dan saat naik kelas tiga, Dimas tinggal kelas. Tapi, bedanya, Paman hanya hampir tinggal kelas.
“Paman suka mencari prepat dulu. Lalu membuatnya jadi rujak bersama teman Paman. Ada juga yang menyebutnya buah bogem. Buah mangrove dari spesies buah sonneratia spp. Mereka bahkan sudah membuat dodol olahan buah itu.”
Mungkin itu dodol yang ingin dibeli Ayah.
“Lalu, bagaimana dengan Iqbal? Homeschooling juga tidak mudah kan?”
Iqbal mengangguk. “Iqbal suka homeschooling, Paman. Iqbal belajar banyak. Bertemu banyak orang baru, melihat banyak hal menarik. Dunia ini adalah ruang kelas. Iqbal belajar dimana saja. Dari siapapun. Minggu lalu Iqbal dan teman-teman Iqbal yang juga homeschooling belajar tentang musim dan cara bertani langsung dari pak petani. Setelah itu kami membuat laporan apa yang kami pelajari,” terang Iqbal.
Homeschooling sepertinya menyenangkan.
“Tapi, Paman, teman-teman Iqbal di sekolah dulu menganggap Iqbal malas. Tidak punya teman, pemalu, tidak mau keluar rumah. Iqbal kan tidak seperti itu. Kadang Iqbal suka kesal kalau mereka ngomong seperti itu. Tapi, ya, mereka kan hanya tidak tahu apa yang Iqbal lakukan. Iqbal belajar, mengikuti ekstrakurikuler, punya teman dan bermain juga. Iqbal bahkan punya lebih banyak waktu untuk mempelajari apa yang Iqbal suka,” terang Iqbal.
“Kalau Alang, bagaimana sekolahnya?”
“Seru, Paman,” jawab Alang singkat.
“Nah, itu dia jawabannya. Mau sekolah di sekolah biasa, mau homeschooling, kita harus tetap belajar. Saling menghargai dan tidak mengejek teman yang berbeda. Maka, serulah semuanya.”
“Bhinneka Tunggal Ika, Paman. Biar beda-beda, kita teman juga,” jawab Yuda lalu tertawa.
Pekerjaan membuat pot itu terasa lebih menyenangkan. Mereka memotong botol-botol itu mencontoh model yang mereka suka. Ada pot yang berbentuk seperti kelinci, bunga bebek dan bentuk lainnya. Lalu, mereka mewarnainya dengan warna yang mereka suka. Mereka juga memasang tali untuk pot yang bermodel pot gantung.
“Kenapa Paman memunguti botol-botol ini dari lautan, Paman?”
“Karena kita harus melestarikan bumi. Salah-satunya dengan membersihkan sampah di lautan dan menjaganya tetap bersih,” jawab Paman.
“Karena ini adalah warisan untuk generasi berikutnya?” jawab Iqbal. Buku-buku yang dia baca yang mengatakan hal seperti itu.
“Bukan. Karena ini warisan anak cucu yang kita pinjam. Ini hak mereka. Kita hanya meminjamnya saja saat ini. Jadi, barang pinjaman tidak boleh dirusak, kan?” jawab Paman santai.
“Nissa juga selalu mengembalikan barang yang Nissa pinjam,” Nissa menambahi.
Mereka tertawa bersama. Bukan karena ucapan Nissa, tapi karena ada cat biru di hidungnya.
Pot yang sudah selesai diwarnai di jemur lagi di bawah sinar matahari. Lalu, jika catnya sudah kering, mereka mengisinya dengan tanah dan memindahkan tunas tanaman yang sudah dibiakkan di pot besar. Tapi, sebagian pot dibiarkan kosong. Kalau-kalau ada yang hanya membutuhkan pot saja.
“Hewan apa yang paling rajin menanam tumbuhan?” tanya Paman Zaki. Sepertinya Paman Zaki tidak pernah kehabisan pertanyaan. Berapa banyak buku yang sudah Paman Zaki baca ya?
“Monyet?” jawab Nissa asal.
“Tikus.”
“Kucing?”
Paman menggeleng. “Tupai,” jawab Paman, “Tupai menanam ribuan pohon baru setiap tahun. Mereka menyimpan biji pohon ek untuk persiapan musim dingin mereka. Tapi, biasanya, setelah menyimpannya di tanah, tupai lupa dimana dia menyimpannya.”
Mereka tertawa. Tupai ternyata pelupa ya!
Tupai adalah hewan favorit Nissa. Untuk menghormati hewan sekeren tupai, Paman membantu mereka untuk membuat banyak pot. Mereka menanam setangkai pohon cabai, terung, dan bunga-bungaan lainnya di pot yang mereka buat. Ada juga tanaman yang langsung bisa dimakan yang di taman di pot itu, selada dan kemangi misalnya. Mereka juga menggambar sebuah tupai besar di sebuah kertas bekas kardus dan menulis informasi tentang tupai itu.
Saat pot itu sudah selesai, mereka akan membagikannya ke tetangga.  Karena cara membuatnya potnya mudah dan murah, mereka yakin orang-orang akan mulai meniru untuk menjadikan sampah botol kemasan sebagai pot juga. Menjadi contoh untuk kebaikan itu keren.
Hari yang menyenangkan!
Ayah dan Alang pulang sore hari itu juga. Alang bahagia. Dia berjanji akan datang lagi saat liburan. Dia juga membawa beberapa pot untuk dibagikan pada temannya. Liburan tidak lagi membosankan. Dia sudah tahu apa yang harus dia lakukan.
Iqbal akan pulang besok saat ibunya menjemput. Kabar baiknya, Iqbal sudah menyelesaikan tugas homeschoolingnya.
Yuda akan bersekolah seperti biasa. Tapi mereka bertiga sudah bersenang-senang dan belajar banyak hal. Siswa homeschooling dan siswa sekolah umum sama-sama istimewa. Seorang teman juga akan selalu berbuat baik pada temannya.
Tuhan memberikan 86.400 detik untuk kita dalam setiap hari. Kebaikan apa yang sudah kita lakukan hari ini?


TAMAT


***


No comments:

Post a Comment