Diskusi
untuk menulis cerita itu berjalan baik. Mereka saling menghargai pendapat
masing-masing, mau mendengarkan dan bersama-sama mencari solusi. Mereka juga
mendapat ide saat menyelesaikan cerita, “Pasti Paman akan membuat sesuatu
dengan botol-botol itu!”
Benar
saja, Paman mulai memotong botol-botol yang sudah kering dengan model tertentu
untuk dijadikan pot bunga. Disana juga ada Nissa yang melukis botol-botol itu
bergambar kelinci. Ada banyak cat warna disana dengan banyak kuas kecil juga.
“Kenapa Paman tidak memanggil kami? Kami kan bisa membantu,” tanya Iqbal.
“Kenapa Paman tidak memanggil kami? Kami kan bisa membantu,” tanya Iqbal.
“Tadi
Paman lihat kalian sedang belajar,” jawab Paman.
“Tapi,
sekarang sudah selesai, Paman.”
Alang,
Iqbal dan Yuda mengamati bagaimana cara membuat pot. Ada banyak model pot yang
bisa dibuat dari botol minuman kemasan, mereka hanya perlu memilih mana yang
mereka suka. Lalu Paman akan mencontohkan cara membuat model yang mereka suka.
“Hewan
apa yang berdarah biru dan mempunyai banyak jantung?” tanya Paman di sela-sela
kegiatan mereka.
Mereka
berpikir. Hewan apa ya? Bukannya hewan sama seperti manusia, berdarah merah?
Atau itu hanya ungkapan? Berdarah biru adalah julukan untuk keturunan keluarga bangsawan.
Yuda pernah membaca istilah itu di dongeng-dongeng pengantar tidur.
“Paus
biru?” jawab Yuda. Ukuran paus biru besar sekali. Cocok untuk menjadi raja
laut. Lagipula, namanya paus biru. Mungkin saja dia berdarah biru.
Nisa
menggeleng lalu tertawa. “Nissa tahu jawabannya. Ikan gurita. Gurita mempunyai tiga
jantung. Paman pernah mengatakannya,” jawab Nissa.
Paman
Zaki mengangguk. Jawaban Nissa benar.
“Kalian
tahu sesuatu dengan paus biru? Panggilan suara yang dibuat oleh paus biru
mencapai 188 desibel. Suara terkeras yang bisa dibuat oleh hewan di dunia ini,”
Paman Zaki menerangkan tentang paus biru.
Paman
Zaki menjelaskan tentang kuda laut yang ternyata kuda laut jantanlah yang melahirkan.
Udang yang jantungnya berada di kepalanya. Bunga karang yang tidak mempunyai
kepala, mulut, mata, tulang, paru-paru dan organ vital lainnya tapi
menakjubkan, mereka tetap hidup. Juga tentang spesies ubur-ubur tertentu yang
hidup abadi.
“Sudah
selesai?” tanya Paman setelah menjelaskan tentang hewan laut yang menakjubkan.
Mereka
menggeleng. Kadang-kadang mereka lupa untuk membuat potnya saat mendengarkan
penjelasan Paman Zaki.
“Paman
pasti dulu juara satu,” tebak Alang.
Paman
tertawa, “Paman tidak pernah juara satu, Lang. Bahkan Paman pernah hampir tinggal
kelas,” jelas Paman.
“Kenapa
Paman?”
“Paman
kebanyakan main. Sampai lupa sekolah.”
Seperti
Dimas? Alang pernah punya teman bernama Dimas. Satu sekolah juga dengannya
dulu. Dimas jarang masuk sekolah dan saat naik kelas tiga, Dimas tinggal kelas.
Tapi, bedanya, Paman hanya hampir tinggal kelas.
“Paman
suka mencari prepat dulu. Lalu
membuatnya jadi rujak bersama teman Paman. Ada juga yang menyebutnya buah
bogem. Buah mangrove dari spesies buah sonneratia
spp. Mereka bahkan sudah membuat dodol olahan buah itu.”
Mungkin
itu dodol yang ingin dibeli Ayah.
“Lalu,
bagaimana dengan Iqbal? Homeschooling juga tidak mudah kan?”
Iqbal
mengangguk. “Iqbal suka homeschooling, Paman. Iqbal belajar banyak. Bertemu
banyak orang baru, melihat banyak hal menarik. Dunia ini adalah ruang kelas.
Iqbal belajar dimana saja. Dari siapapun. Minggu lalu Iqbal dan teman-teman
Iqbal yang juga homeschooling belajar tentang musim dan cara bertani langsung
dari pak petani. Setelah itu kami membuat laporan apa yang kami pelajari,” terang
Iqbal.
Homeschooling
sepertinya menyenangkan.
“Tapi,
Paman, teman-teman Iqbal di sekolah dulu menganggap Iqbal malas. Tidak punya
teman, pemalu, tidak mau keluar rumah. Iqbal kan tidak seperti itu. Kadang
Iqbal suka kesal kalau mereka ngomong seperti itu. Tapi, ya, mereka kan hanya
tidak tahu apa yang Iqbal lakukan. Iqbal belajar, mengikuti ekstrakurikuler, punya
teman dan bermain juga. Iqbal bahkan punya lebih banyak waktu untuk mempelajari
apa yang Iqbal suka,” terang Iqbal.
“Kalau
Alang, bagaimana sekolahnya?”
“Seru,
Paman,” jawab Alang singkat.
“Nah,
itu dia jawabannya. Mau sekolah di sekolah biasa, mau homeschooling, kita harus
tetap belajar. Saling menghargai dan tidak mengejek teman yang berbeda. Maka,
serulah semuanya.”
“Bhinneka
Tunggal Ika, Paman. Biar beda-beda, kita teman juga,” jawab Yuda lalu tertawa.
Pekerjaan
membuat pot itu terasa lebih menyenangkan. Mereka memotong botol-botol itu
mencontoh model yang mereka suka. Ada pot yang berbentuk seperti kelinci, bunga
bebek dan bentuk lainnya. Lalu, mereka mewarnainya dengan warna yang mereka
suka. Mereka juga memasang tali untuk pot yang bermodel pot gantung.
“Kenapa
Paman memunguti botol-botol ini dari lautan, Paman?”
“Karena
kita harus melestarikan bumi. Salah-satunya dengan membersihkan sampah di
lautan dan menjaganya tetap bersih,” jawab Paman.
“Karena
ini adalah warisan untuk generasi berikutnya?” jawab Iqbal. Buku-buku yang dia
baca yang mengatakan hal seperti itu.
“Bukan.
Karena ini warisan anak cucu yang kita pinjam. Ini hak mereka. Kita hanya
meminjamnya saja saat ini. Jadi, barang pinjaman tidak boleh dirusak, kan?” jawab
Paman santai.
“Nissa
juga selalu mengembalikan barang yang Nissa pinjam,” Nissa menambahi.
Mereka
tertawa bersama. Bukan karena ucapan Nissa, tapi karena ada cat biru di
hidungnya.
Pot
yang sudah selesai diwarnai di jemur lagi di bawah sinar matahari. Lalu, jika
catnya sudah kering, mereka mengisinya dengan tanah dan memindahkan tunas
tanaman yang sudah dibiakkan di pot besar. Tapi, sebagian pot dibiarkan kosong.
Kalau-kalau ada yang hanya membutuhkan pot saja.
“Hewan
apa yang paling rajin menanam tumbuhan?” tanya Paman Zaki. Sepertinya Paman
Zaki tidak pernah kehabisan pertanyaan. Berapa banyak buku yang sudah Paman
Zaki baca ya?
“Monyet?”
jawab Nissa asal.
“Tikus.”
“Kucing?”
Paman
menggeleng. “Tupai,” jawab Paman, “Tupai menanam ribuan pohon baru setiap
tahun. Mereka menyimpan biji pohon ek untuk persiapan musim dingin mereka.
Tapi, biasanya, setelah menyimpannya di tanah, tupai lupa dimana dia
menyimpannya.”
Mereka
tertawa. Tupai ternyata pelupa ya!
Tupai
adalah hewan favorit Nissa. Untuk menghormati hewan sekeren tupai, Paman
membantu mereka untuk membuat banyak pot. Mereka menanam setangkai pohon cabai,
terung, dan bunga-bungaan lainnya di pot yang mereka buat. Ada juga tanaman
yang langsung bisa dimakan yang di taman di pot itu, selada dan kemangi
misalnya. Mereka juga menggambar sebuah tupai besar di sebuah kertas bekas
kardus dan menulis informasi tentang tupai itu.
Saat
pot itu sudah selesai, mereka akan membagikannya ke tetangga. Karena cara membuatnya potnya mudah dan murah,
mereka yakin orang-orang akan mulai meniru untuk menjadikan sampah botol
kemasan sebagai pot juga. Menjadi contoh untuk kebaikan itu keren.
Hari
yang menyenangkan!
Ayah
dan Alang pulang sore hari itu juga. Alang bahagia. Dia berjanji akan datang
lagi saat liburan. Dia juga membawa beberapa pot untuk dibagikan pada temannya.
Liburan tidak lagi membosankan. Dia sudah tahu apa yang harus dia lakukan.
Iqbal
akan pulang besok saat ibunya menjemput. Kabar baiknya, Iqbal sudah
menyelesaikan tugas homeschoolingnya.
Yuda
akan bersekolah seperti biasa. Tapi mereka bertiga sudah bersenang-senang dan belajar
banyak hal. Siswa homeschooling dan siswa sekolah umum sama-sama istimewa. Seorang
teman juga akan selalu berbuat baik pada temannya.
Tuhan
memberikan 86.400 detik untuk kita dalam setiap hari. Kebaikan apa yang sudah
kita lakukan hari ini?
TAMAT
***
Daftar isi keseluruhan cerita:
No comments:
Post a Comment