Friday, April 20, 2018

Bakau Kebaikan (4): Kesiangan Lagi


Alang…
Ayah dan Alang menginap di rumah Yuda. Iqbal juga menginap di rumah Yuda tapi ayahnya tidak. Iqbal belum menyelesaikan tugas homeschoolingnya. Dan ibunya yang akan menjemputnya besok.
Apa sih sebenarnya homeschooling itu?
Alang pernah punya teman bernama Dimas. Satu sekolah juga dengannya dulu. Dimas bukan anak yang pintar. Dimas jarang masuk sekolah dan saat naik kelas tiga, Dimas tinggal kelas. Saat di kelas empat, Alang tidak melihat Dimas lagi. Teman-teman mengatakan dia keluar dari sekolah dan memutuskan homeschooling. Sekolahrumah.
“Tidak heran. Dia kan tidak menggerti pelajaran apapun,” komentar salah satu teman sekolahnya.
Saat itu bagi Alang, homeschooling sama saja seperti putus sekolah. Lalu pura-pura belajar di rumah, membuka pelajaran apa saja yang dia suka. Lalu, sendirian terus-menerus di rumah, tidak mempunyai teman.


“Iqbal…”
Alang dan Iqbal satu kamar dengan Yuda. Yuda sudah bangun dari tadi. Saat Ibu Yuda membangunkan Alang dan Iqbal, bukannya bangun, Alang malah menggulung diri dalam selimut. Pagi di Belawan jauh lebih dingin daripada pagi di rumah Alang.
“Sedang pasang surut ni. Ayo bangun. Kita mandi laut,” ucap Yuda.
Iqbal bangun dengan cepat sementara Alang hanya menjawab, “hmm” dan tetap tidur dengan selimutnya.
Yuda benar. Air sedang surut. Dan hal menyenangkannya adalah Paman Zaki akan mengajarkan mereka berenang. Bukan di kolam renang tapi di laut! Keren sekali, kan? Meskipun hanya laut di belakang rumah Yuda.
Keluarga Yuda memasang jaring panjang di belakang rumah mereka sebagai area kolam renang. Saat pasang sedang naik, jaring itu tidak akan terlihat. Tapi saat pasang surut, jaring itu akan terlihat. Yang juga sebagai tanda, aman untuk berenang karena airnya tidak terlalu dalam. Dan dengan peraturan, tidak boleh berenang keluar dari jaring.
Paman Zaki sudah lebih dulu turun ke kolam berenang itu. Lalu Yuda langsung melompat. Kemampuan berenang Yuda sangat baik. Dia sering berlatih berenang di kolam renangnya ini. Sementara Iqbal turun dengan hati-hati.
Paman Zaki mengajarkan Iqbal teknik berenang dasar. Awalnya Iqbal merasa itu sulit. Berenang di laut dan di kolam renang berbeda. Belum lagi ada gelombang laut. Tapi, Paman Zaki adalah pengajar yang hemat. Dan Iqbal tidak menyerah. Setelah berlatuh sejam lebih, akhirnya Iqbal bisa berenang dengan bebas.
“Yuda…” Alang akhirnya bangun juga, “Iqbal,” Yuda berteriak memanggil Yuda dan Iqbal.
“Mereka di belakang, Lang,” Ayah yang menjawab. Sedang menikmati sarapan paginya.
Hari minggu yang menyenangkan. Ayah libur kerja dan tidak ada Kak Lintang yang galak membangunkannya. Alang berjalan malas ke halaman belakang rumah Yuda dan kaget melihat Yuda dan Iqbal baru saja naik dari laut.
“Wah, kau lama sekali bangunnya, Lang. Kami baru saja selesai berenang,” sahut Yuda.
Berenang? Di laut?
“Kenapa kalian tidak membangunkanku? Aku kan juga mau berenang!” Alang marah-marah karena tidak diajak berenang.
“Kami sudah membangunkanku. Kamu saja yang tidak mau bangun,” Iqbal menambahi.
Alang tambah cemberut. Tidak asyik sekali mereka jadi teman. Harusnya kan mereka memaksa Alang saja untuk bangun jadi mereka bertiga bisa berenang bersama. Alang jadi rindu Mak dan Kak Lintang yang selalu rajin membangunkannya.
“Memangnya Alang tidak akan kesal kalau dibangunkan saat tidur? Alang juga sudah besar, kan? Harusnya sudah bisa bangun sendiri,” Paman Zaki ikut berkomentar.
Alang sempurna cemberut.
“Ayo, sini, turun. Paman ajarkan uitemate.” Paman masih berada di kolam renang.
Uite---apa?
Demi mendengar nama sekeren itu, Alang lupa dia sedang merajuk. Alang membuka bajunya dan turun ke laut.
Paman mengajarkan Alang teknik Uitemate. Teknik mengapung sederhana. Teknik yang juga sudah diajarkan Paman pada Yuda dan Iqbal. Katanya akan sangat berguna jika kita terjatuh di laut dan tidak bisa berenang.
Alang menurut dan mengikuti instruksi Paman.
Caranya sederhana. Apungkan tubuh seperti sedang tidur terlentang. Kita hanya harus menangkat dagu tingi-tinggi dan pandangan lurus ke atas agar kita tetap bisa bernapas. Rentangan tangan dan kaki di bawah permukaan air. Dan selesai. Hanya seserhana itu. Jika kita menemukan botol kosong, kita dapat menggunakan botol tersebut untuk didekapkan di atas dada. Kalau kita memakai sepatu, biarkan sepatu tersebut terpasang karena bisa membantu kita tetap mengapung.
“Nah, mudahkan?” tanya Paman.
Alang mengangguk. Setelah latiahan, sekarang dia sudah mengapung dengan teknik itu.
“Kalau begitu, ayo, naik. Kita lanjutkan besok.”
Alang menurut. Alang memungut baju yang dilepaskannya tadi dan membawanya masuk. Ayah menyuruh Alang membilas tubuh, mandi dengan air bersih.
Yuda dan Iqbal sudah rapi. Mereka sudah mandi lebih dulu. Alang sempat melihat Yuda sedang bermain dengan Nissa, adik perempuannya. Dan Iqbal sedang belajar di ruang tamu. Dia membaca sebuah buku lalu menulis sesuatu di buku catatannya.
“Ternyata homeschooling belajar setiap hari,” pikir Alang. “Membosankan sekali. Padahal ini hari minggu.”
Alang membiarkan Iqbal asyik dengan belajarnya. Dia melangkah ke kamar mandi dengan santai. Mandi dengan bersih sambil menyanyi. Menyenangkan bisa belajar berenang bersama Paman Zaki. Tapi diam-diam dia bertekad, kalau besok dia akan bangun sendiri. Tidak perlu dibangunkan lagi. Kan tidak asyik kalau kesiangan dan ketinggalan acara  berenang bersama Alang dan Yuda lagi.

No comments:

Post a Comment