Tuesday, April 10, 2018

Bakau Kebaikan (1): Liburan


Lang…
“Alang…” Mak berteriak.
Satu panggilan tak akan cukup untuk membangunkan Alang. Selalu seperti itu setiap pagi. Mak selalu membangunkan Alang setiap hari di jam yang sama. Tak peduli walau hari itu mendung atau cerah. Mak nyaris tidak pernah bangun kesiangan.
Setiap pagi selalu misteri. Misteri pertama, jika Mak berteriak, Alang akan menjawab bahwa dia sudah bangun. Lalu Alang memejamkan mata sebentar dan ternyata sudah sepeluh menit. Misteri kedua, justru saat hari libur, Alang malah terbangun lebih cepat. Kenapa liburan jadi membosankan ya? Harusnya hari ini kan menyenangkan, gerutu Alang.


Alang,” terdengar suara teriakan lagi.
Alang kanget. Kali ini bukan Mak yang berteriak tapi Kak Lintang.
Kak Lintang galak. Jika Kak Lintang sudah berteriak dan Alang belum bangun juga, Kak Lintang akan terus memanggil Alang dari depan pintu kamarnya.
“Iya, Kak,” sahut Alang. Kantuk Alang sudah hilang.
Alang langsung bangun, melipat selimut dan merapikan seprai tempat tidurnya. Jika Kak Lintang melihat kamar Alang berantakan, Kak Lintang akan terus menaseheti Alang sampai kupingnya panas. Panjang sekali nasehatnya. Mungkin sampai berlembar-lembar halaman buku. Kak Lintang, menurut Alang, seperti ratu sihir jahat yang tidak suka melihat Alang senang. Alang bangun lama, Kak Lintang marah. Alang memberantakkan kamarnya, Kak Lintang marah. Alang pulang bermain kelamaan, Kak Lintang marah. Hobi Kak Lintang mungkin memang marah-marah.
“Kakak teriak mulu. Kakak sudah mandi belum?” protes Alang.
“Sudah,” jawab Kak Lintang dan mencium ketiaknya. “Sudah wangi tu.”
Alang bersungut. Alang mencium ketiaknya juga, “Wangi juga, kok,” jawab Alang.
Alang juga meletakkan tangannya di depan mulutnya dan menghempaskan udara, “Hah,” suara yang keluar. Alang lalu meletakkan tangannya di dekat hidung tapi hidung Alang langsung mengerucut .
“Jangan lupa gosok gigi. Napas naga jangan dipeliraha.”
“Yalah, Kak,” sahut Alang buru-buru ke kamar mandi.
Kenapa pula hari libur harus bangun pagi dan mandi?
Lihat, kan, setelah sarapan pagi, Alang sudah tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Biasanya, dia akan langsung pergi ke sekolah. Tapi saat liburan seperti ini, terus-terusan bermain juga membosankan.
 “Bosan! Coba kalau ada Iqbal disini,” celoteh Alang menatap aquarium di depannya.
Aquarium itu tidak berisi ikan, tapi siput. Tak jauh dari sekolah Yuda, ada seorang pedagang siput. Setiap hari Yuda menyisihkan uang jajan sekolahnya untuk membeli siput tersebut lalu menghias aquariumnya dengan batu-batu kecil. Ada siput yang berwarna merah, kuning dan biru, ada juga yang berwarna putih berbintik hijau dan aneka warna lainnya.
“Coba tebak berapa lama siput bisa tidur?” tanya Kak Lintang dulu saat Alang pertama kali membawa siput pulang.
“Satu hari. Saat malam,” jawab Alang.
Kak Lintang menggeleng, “Siput bisa tidur selama bertahun-tahun. Hidup siput bergantung pada kelembapan lingkungannya. Kalau tempat mereka tinggal terlalu kering atau terlalu panas, Mereka berhibernasi. Tidur panjang.”
“Bertahun-tahun itu tidur yang terlalu panjang, Kak,” jawab Alang asal.
Dia mengamati siputnya. Memang ada siput yang tertidur, tapi paling juga siputnya hanya kesiangan bangun.
“Baca saja buku tentang siput kalau tak percaya,” jawab Kak Lintang kesal. “Ada di rak buku itu. Yang bersampul biru.”
Alang langsung mencari buku yang dimaksud Kak Lintang. Pasti asyik kalau bisa membuktikan Kak Lintang salah. Tapi, Kak Lintang benar. Siput juga berhibernasi seperti beruang. Ada beberapa spesies siput yang berhibernasi. Tidur panjang bertahun-tahun. Siput juga tidak suka matahari. Mereka lebih suka bangun pada malam hari. Buku itu juga membahas pentingnya lender siput.
Setelah membaca buku itu, Alang selalu memastikan aquariumnya lembab agar siputnya tetap sehat. Yuda juga meletakkkan semangkuk air, kalau-kalau siputnya haus atau kalau dia ingin mandi.
“Pasti asyik jika bisa menunjukkan siput-siput ini pada Iqbal,” ucap Alang sendirian. Setidaknya, Alang bisa bercerita pada mereka apa yang dia ketahui tentang siput
 “Iqbal pergi ke Belawan untuk tugas homeschoolingnya,” Kakak Lintang menyahut.
Homeschooling? Home berarti rumah dan school berarti sekolah. Sekolah di rumah? Pasti akan menyenangkan. Tidak ada guru yang memberikan banyak pekerjaan rumah, lalu bisa bangun siang dan belajar di jam yang kita suka saja. Nah, kalau ada tugas mate-matika misalnya, jika kita tidak mengerti soalnya, lanjut saja ke halaman berikut atau tutup saja bukunya, Alang membuat kesimpulan sendiri.
“Apa yang akan Iqbal lakukan disana?”
“Belajar.”
Huh? Maksudnya Iqbal membawa buku pelajarannya dan belajar di Belawan? Alang masih tidak mengerti. Sudah tiga bulan Iqbal tidak masuk sekolah dan memilih homeschooling. Iqbal kan bukan anak yang bodoh. Nilai pelajarannya selalu baik dan dia  juga tidak pernah tinggal kelas. Kenapa Iqbal memilih homeschooling ya?
“Ayah juga akan ke Belawan siang nanti.”
“Benarkah?”
“Rumah Yuda di Belawan kan, Kak?” Tanya Alang bersemangat.
Alang langsung berlari mencari Ayah. Pasti menyenangkan jika dia bisa ikut Ayah ke Belawan. Setidaknya bertamu ke rumah Yuda. Sepupunya yang pindah ke Belawan setahun lalu. Menurut Ayah, Belawan terletak di kota Medan, Sumatera Utara. Belawan terkenal dengan lautnya yang luas. Juga ada pelabuhannya dan kapal-kapal besarnya.
“Yah, Ayah akan pergi ke Belawan ya? Alang ikut ya,” pintanya saat menemukan Ayah.
Ayah mengangguk. Yay! Alang boleh ikut. Akhirnya dia mempunyai kesempatan untuk menunjukkan siput-siputnya. Tidak pada Iqbal. Tapi pada Yuda juga tidak masalah, pikir Alang berbangga.
“Alang tahu, Yuda dan Iqbal akan bertamasya ke hutan bakau hari ini.”
“Benarkah?”
“Ayah Yuda yang memberitahu. Iqbal akan belajar tentang laut dan hutan bakau. Lagipula, bukankah Iqbal dan Yuda berteman? Iqbal juga akan menginap di rumah Yuda,” terang Ayah.
Astaga! Kenapa Alang bisa lupa ya?       
“Jadi kita akan bertemu Iqbal di rumah Yuda?” tanya Alang tak sabaran. “Apakah kita akan menginap juga?”
“Kalau Alang mau,” jawab Ayah, tersenyum.
Alang mengangguk cepat. Dia langsung mempersiapkan perlengkapan menginap, botol minuman dan lainnya. Dia juga tak lupa memindahkan siput-siputnya ke dalam sebuah kotak plastik yang berlubang agar siput-siputnya tak kehabisan oksigen. Dia mulai membayangkan apa yang dilakukannya dengan Iqbal dan Yuda. Dua teman baik yang dulu sering bermain bersamanya. Sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan mereka dan hari ini beruntung sekali bisa betemu mereka berdua sekaligus.
Permainan apa yang akan mereka mainkan ya?
Saat dalam perjalanan ke rumah Yuda, Alang bertanya tentang banyak hal. Dan Ayah menjawabnya dengan baik. Saat Ayah tidak bisa menjawab pertanyaan Alang, Ayah akan meminta waktu, berjanji akan menjawabnya nanti. Berlaku sebaliknya. Jika Alang tidak bisa menjawab, Ayah akan menjelaskannya atau kadang-kadang itu akan menjadi tugas Alang. Lalu, Alang, seringnya ditemani Mak atau Kak Lintang, akan pergi ke perpustakaann kota, membaca buku untuk mencari tahu jawabnya.
“Apa yang Ayah lakukan ke Belawan?” tiba-tiba saja Alang penasaran. Alang ke Belawan untuk  bertemu Yuda dan Iqbal. Lalu Ayah?
“Ayah hanya ingin membeli dodol.”
Hah? Jauh sekali membeli dodol di Belawan. Bukannya dodol dijual di pasar ya?
“Dodol bakau.”
Hah? Apa pula itu? Ayah hendak menjelaskan tapi Alang sudah menguap. Mengantuk. Perjalanan ke Belawan jauh sekali rupanya.

No comments:

Post a Comment