Monday, April 30, 2018

Bakau Kebaikan (5): Bercerita Bersama

Wah, kemana semua orang? Saat ke luar kamar, setelah memakai baju, Alang tidak melihat Iqbal lagi di ruang tamu. Jangan-jangan mereka pergi berenang atau melakukan hal lainnya, meninggalkan Alang sendirian, saat Alang sedang mandi tadi? Lagi? Bahkan Ayah dan orangtua Yuda juga tidak terlihat. Ruang tamu tampak kosong. Hanya terlihat buku-buku yang tadi dibaca oleh Iqbal untuk tugas homeschooling-nya.
“Yuda?” Alang berteriak memanggil Yuda.
“Bang Yuda ada di belakang, Bang” jawab Nissa, adik Yuda yang masih kelas 2 SD.
Alang berlari ke belakang rumah Yuda. Takut ketinggalan kegiataan mereka. Tapi, eh, Alang hanya melihat Yuda dan Alang dengan tumpukan botol yang pungut selama perjalanan pulang setelah bersampan ria kemarin.

“Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya Alang penasaran.
“Membersihkannya,” Iqbal yang menjawab.
“Untuk apa?”
“Aku juga tidak tahu.”
Saat bersampan ria kemarin, mereka harus memunguti setiap botol kemasan yang mengapung di laut. Tugas dari Paman Zaki. Mungkin saja karena Paman Zaki tidak suka melihat sampah yang berserakan dan lautan menjadi kotor, pikir Alang saat itu. Tapi apa gerangan fungsinya membersihkannya sekarang? Botol itu tidak mungkin dipakai kembali untuk menyimpan minuman. Jelas tidak sehat.
“Sudah selesai?”
Mereka menggeleng. Ada banyak botol yang harus dicuci bersih.
“Untuk apa, Paman?”
“Rahasia.”
Alang malas sekali mengerjakannya. Apalagi Paman main rahasia segala. Tapi, Iqbal dan Alang mengerjakannya dengan serius. Tidak protes. Jadi, Alang pun mengerjakannya juga. Ayah selalu bilang, jika seorang teman sedang sibuk mengerjakan sesuatu, teman yang baik akan menawarkan bantuan, membantu temannya tanpa menggerutu. Membantu teman adalah perbuatan baik.
“Iqbal,” saat Alang membersihkan botol-botol itu, Alang teringat tentang homeschooling Iqbal, “Apakah homeschooling itu menyenangkan?” tanya Alang.
Iqbal mengangguk.
“Tapi belajar di mana saja?”
“Dunia ini adalah ruang kelas kami,” jawab Iqbal.
“Tapi, kamu tidak harus membuka buku saat liburan, kan?” Alang masih tidak terima. “Kamu bahkan harus membuka buku pada hari minggu seperti ini. Seperti tadi pagi misalnya.”
“Tidak, kami juga mempunyai hari libur. Tadi pagi aku hanya mengerjakan PR-ku sebelum aku lupa,” jawab Iqbal.
“PR apa?” tanya Iqbal. Bukannya mereka hanya belajar apa yang mereka suka ya? Ada PR juga?
“Kamu belum membaca buku di atas meja?” Yuda yang menjawab. Tangannya tetap bekerja, masih sibuk membersihkan botol-botol. “Ayo, cepat selesaikan tugas dari Paman. Jadi, kita bisa membaca cerita yang Iqbal tulis.”
Ada banyak botol yang sudah dibersihkan dan tinggal sedikit botol kotor yang tersisa. Tapi itu bukan masalah. Mereka ada bertiga. Pekerjaan itu selesai dengan cepat. Setelah membersihkan botol-botol itu, mereka menjemurnya di bawah matahari agar kering.
“Cerita apa?” tanya Alang penasaran. Dia tidak pernah membuat cerita sendiri sebagai tugas sekolah. Paling-paling hanya menceritakan ulang kisah tertentu. Kisah Meriam Puntung misalnya. Kisah seorang pangeran yang berubah menjadi meriam untuk mempertahankan istana. Saat perang tersebut, meriam yang panas karena menembak terus menerus akhirnya pecah menjadi dua bagian. Ujung meriam yang merupakan bagian satu melayang dan jatuh di suatu tempat yang Alang lupa apa nama tempatnya. Dan bagian lainnya tersimpan pada ruangan kayu kecil di sisi kanan Istana Maimun. Ikon wisata kota Medan.
 “Wow!” Alang menatap Iqbal takjub. Alang membaca cerita yang ditulis oleh Iqbal. Cerita itu berjudul Arus Kosa.
 “Ceritanya belum selesai, Lang,” jawab Iqbal sedikit tersipu mendapat pujian dari Alang.
“Kalau begitu, ayo, kita selesaikan.”
Setelah membaca awalan cerita itu, mereka mendiskusikan bagaimana setiap bagian akan dibuat. Mereka berdebat bahwa karakter Kai sebaiknya seperti itu dan karakter Gabu sebaiknya seperti ini. Lalu mereka tertawa membahas tentang cerita itu. Sampai akhirnya, mereka sepakat pada jalan cerita yang sama.
Begini cerita yang mereka tulis bersama: Arus Kosa
***

Cerita sebelumnya: Kesiangan Lagi. Cerita selanjutnya: Menyelesaikan Teka-Teki

No comments:

Post a Comment