Setiap ikan wajib
memilih satu hari sebagai hari kerja bakti untuk memungut sampah yang keluar
dari arus kosa. Kau tahu arus kosa? Arus kosa adalah arus yang membawa sampah
plastik, kaleng dan sampah lainnya yang mencemari laut. Arus kosa biasanya
membawa sampah itu ke palung terdalam dimana tak seekor ikan pun hidup. Tapi,
sampah-sampah itu sering keluar dari arus dan terdampar di karang-karang, rumah
para ikan.
Raja sering menerangkan
fungsi kerja bakti tersebut. Berdasarkan informasi dari raja, manusia suka
membuang sampah sembarangan dan membuat laut tercemar. Jika laut tidak
dibersihkan, akan banyak ikan yang keracunan dan mati. Jumlah sampah yang terus
bertambah juga sangat membahayakan.
“Kai,” teriak Gabu. Hari itu adalah hari kerja bakti Gabu dan Kai. Mereka bertugas untuk memungut sampah yang keluar dari arus kosa.
“Kai,” teriak Gabu. Hari itu adalah hari kerja bakti Gabu dan Kai. Mereka bertugas untuk memungut sampah yang keluar dari arus kosa.
“Kita bermain saja.
Lebih asyik ni,” sahut Kai. Kai tidak mau ikut bekerja. Dia berenang
berputar-putar di sekitar arus kosa. Pasti menyenangkan sekali bisa berenang
mengikuti arus ini, pikirnya.
“Tapi kita bisa bermain
lagi setelah menyelesaikan tugas ini, Kai,” pujuk Gabu.
“Duh, kerja hari ini
pasti akan banyak melelahkan sekali. Lihatlah, ada lagi sampah yang keluar dari
arus kosa!” protes Kai, “Bagaimana kalau kita bertanding saja? Aku akan
membersihkan karang kalau kamu bisa menang melawanku,” tantang Kai.
“Tidak, Kai,” Gabu
menggeleng, memungut sampah yang keluar dari arus kosa dan meletakkannya dalam
tas sampahnya.
“Kita lomba berenang di
arus kosa,” Kai mengemukakan idenya. “Kalau kau menang, aku janji akan rajin
kerja bakti.”
Gabu menggeleng lagi.
Selain tidak suka taruhan, Gabu tahu Kai adalah perenang yang hebat. Dan juga
keras kepala....
“Ayo, cepat,” panggil
Kai. Kai sudah berada di depan arus kosa dan masuk ke dalam arus itu. “Siapa
yang berhasil melewati arus ini adalah pemenangnya,” terang Kai.
“Kai!” teriak Gabu.
Terlambat. Kai sudah
masuk ke dalam arus kosa.
“Kai! Ayo, keluar dari
arus kosa!”
Tentu Kai tidak bisa
mendengar Kabu lagi. Arus itu deras sekali. Siapapun yang berada di dalam arus
tidak akan bisa mendengar suara apapun di luar arus itu.
“Kai!” Gabu akhirnya
masuk ke arus kosa juga untuk memanggil Kai.
Wuish! Arus Kosa dashyat
sekali. Kai sempat hanyut terbawa arus. Kai harus berusaha keras agar tidak terbawa arus dan
menghindari sampah sekaligus.
“Kai,” teriak Gabu.
Lihatlah Kai yang berada
jauh di depan Gabu. Kai memang perenang yang hebat tapi dia tidak teliti. Saat
berenang, dia tersangkut di dalam sampah plastik dan hanyut terbawa arus.
“Kai,” Gabu berenang
sekuat tenaga. Saat Gabu berhasil menyusul Kai, Gabu menolongnya keluar dari
plastik itu.
“Terimakasih, Gabu,”
ucap Kai dengan napas tersenggal saat mereka berhasil keluar dari arus kosa.
“Sampah memang berbahaya ya!” ucap Kai ketika melihat sampah yang hanyut di
arus kosa. Dia juga teringat kisah yang sering diceritakan para ikan
akhir-akhir ini. Kisah Pak Pari yang masih harus dirawat di rumah sakit setelah
sebuah kaleng yang keluar dari arus kosa terdampar di rumahnya. Sedihnya, kaleng
itu menyebarkan racun yang berbahaya bagi ikan.
***
Kerja bakti mereka akhirnya selesai. Kai menepati
janjinya untuk membersihkan karang. Tapi, duh Kai, dia masih saja bermain di
sekitar arus kosa. “Hei, Gabu,” panggil Kai lagi. Dia melihat sebuah papan
hanyut yang baru saja keluar dari arus kosa.
“Sampah lagi?” tanya
Gabu.
Sampah? Aha! Kai mendapat
ide.
Kai mengambil papan
hanyut itu dan mendekati arus kosa lagi, “Lihat…” ucap Kai. Dia berselancar di
atas arus kosa dengan papan itu. “Ternyata masih bisa dimanfaatkan,” teriak Kai
senang.
Gabu mulai tertarik. Dia meletakkan sampah yang sudah
mereka kumpulkan di tempat pembuangan sampah para ikan dan mulai mencari papan
hanyut juga. Saat menemukan papan itu, Gabu ikut berselancar dan melihat
seberapa jauh arus kosa mengalir. Coba tebak apa yang dia pikirkan, jika palung
terdalam itu juga sudah penuh dengan sampah, kemana lagi sampah di arus kosa
akan mengalir?
No comments:
Post a Comment