Monday, April 30, 2018

Bakau Kebaikan (5): Bercerita Bersama

Wah, kemana semua orang? Saat ke luar kamar, setelah memakai baju, Alang tidak melihat Iqbal lagi di ruang tamu. Jangan-jangan mereka pergi berenang atau melakukan hal lainnya, meninggalkan Alang sendirian, saat Alang sedang mandi tadi? Lagi? Bahkan Ayah dan orangtua Yuda juga tidak terlihat. Ruang tamu tampak kosong. Hanya terlihat buku-buku yang tadi dibaca oleh Iqbal untuk tugas homeschooling-nya.
“Yuda?” Alang berteriak memanggil Yuda.
“Bang Yuda ada di belakang, Bang” jawab Nissa, adik Yuda yang masih kelas 2 SD.
Alang berlari ke belakang rumah Yuda. Takut ketinggalan kegiataan mereka. Tapi, eh, Alang hanya melihat Yuda dan Alang dengan tumpukan botol yang pungut selama perjalanan pulang setelah bersampan ria kemarin.

Saturday, April 28, 2018

Arus Kosa

Setiap ikan wajib memilih satu hari sebagai hari kerja bakti untuk memungut sampah yang keluar dari arus kosa. Kau tahu arus kosa? Arus kosa adalah arus yang membawa sampah plastik, kaleng dan sampah lainnya yang mencemari laut. Arus kosa biasanya membawa sampah itu ke palung terdalam dimana tak seekor ikan pun hidup. Tapi, sampah-sampah itu sering keluar dari arus dan terdampar di karang-karang, rumah para ikan.
Raja sering menerangkan fungsi kerja bakti tersebut. Berdasarkan informasi dari raja, manusia suka membuang sampah sembarangan dan membuat laut tercemar. Jika laut tidak dibersihkan, akan banyak ikan yang keracunan dan mati. Jumlah sampah yang terus bertambah juga sangat membahayakan.

Friday, April 20, 2018

Bakau Kebaikan (4): Kesiangan Lagi


Alang…
Ayah dan Alang menginap di rumah Yuda. Iqbal juga menginap di rumah Yuda tapi ayahnya tidak. Iqbal belum menyelesaikan tugas homeschoolingnya. Dan ibunya yang akan menjemputnya besok.
Apa sih sebenarnya homeschooling itu?
Alang pernah punya teman bernama Dimas. Satu sekolah juga dengannya dulu. Dimas bukan anak yang pintar. Dimas jarang masuk sekolah dan saat naik kelas tiga, Dimas tinggal kelas. Saat di kelas empat, Alang tidak melihat Dimas lagi. Teman-teman mengatakan dia keluar dari sekolah dan memutuskan homeschooling. Sekolahrumah.
“Tidak heran. Dia kan tidak menggerti pelajaran apapun,” komentar salah satu teman sekolahnya.
Saat itu bagi Alang, homeschooling sama saja seperti putus sekolah. Lalu pura-pura belajar di rumah, membuka pelajaran apa saja yang dia suka. Lalu, sendirian terus-menerus di rumah, tidak mempunyai teman.

Sunday, April 15, 2018

Bakau Kebaikan (3): Monyet yang Bersedih

Paman Zaki terus mendayung dan membawa sampan merapat ke sebuah dermaga. Dari kejauhan tampak beberapa orang berdiri dan kerumunan lainnya. Alang mengerti sekarang. Sama saja rupanya seperti angkutan kota. Hanya bedanya, ini angkutan air.
Iqbal melambaikan tangan saat melihat Alang, Yuda dan Paman Zaki. Alang juga berdiri dan melambaikan tangan. Lalu sampan mereka bergoyang dan Yuda menyuruhnya duduk lagi. Duh, Alang lupa. Untuk saja mereka tidak jatuh. Tidak seru kan kalau mereka terjatuh. Mereka pasti akan langsung pulang dan acara jalan-jalannya dibatalkan.
Saat sampan merapat ke dermaga, Iqbal naik dengan hati-hati. Dia bersama ayahnya. Tapi Ayahnya tidak ikut naik. Hanya mengantar saja.
“Nah, ayo, berlayar lebih jauh!” Yuda bergaya seperti seorang nakohda.

Friday, April 13, 2018

Bakau Kebaikan (2): Koleksi Siput


Alang mengucek mata saat Ayah membangunkannya. Mereka sudah tiba di rumah Yuda. Ayah benar. Alang menyukai rumah Yuda yang baru. Rumahnya tidak besar tapi halaman belakangnya sangat luas. Seluas lautan dan itu tidak mengada-ada. Halaman belakang rumah Yuda memang laut! Alang mengamati laut. Seberapa dalam lautnya? Di dekat rumah Yuga juga ada jembatan kayu dan sebuah sampan yang terikat. “Ada sampannya juga,” ucap Alang senang.
Saat Ayah mengetuk pintu rumah Yuda, Alang masih asyik memperhatikan laut. Air itu berwarna kehijauan dan dasarnya tidak kelihatan. Angin berhembus dingin membuat Alang betah. Alang membuka tas, mengambil cokelat dan memakannya sambil memperhatikan ikan-ikan kecil yang berenang di permukaan. Ikan itu hanya sebesar satu ruas jari tapi jumlah mereka ada ratusan.


Tuesday, April 10, 2018

Bakau Kebaikan (1): Liburan


Lang…
“Alang…” Mak berteriak.
Satu panggilan tak akan cukup untuk membangunkan Alang. Selalu seperti itu setiap pagi. Mak selalu membangunkan Alang setiap hari di jam yang sama. Tak peduli walau hari itu mendung atau cerah. Mak nyaris tidak pernah bangun kesiangan.
Setiap pagi selalu misteri. Misteri pertama, jika Mak berteriak, Alang akan menjawab bahwa dia sudah bangun. Lalu Alang memejamkan mata sebentar dan ternyata sudah sepeluh menit. Misteri kedua, justru saat hari libur, Alang malah terbangun lebih cepat. Kenapa liburan jadi membosankan ya? Harusnya hari ini kan menyenangkan, gerutu Alang.