Thursday, June 28, 2018

Sebuah Dongeng Untuk Generasi yang Tertidur 4

Orang-orang di sepenggal cerita dalam mimpiku ini menghargai kehidupan dan bekerja sungguh-sungguh untuk persatuan dan kesatuan di negerinya. Mereka tidak hidup dalam kepompong steril seperti di negeriku dimana ada banyak hal yang difilter dan dicap berbahaya. Seolah kami terlalu bodoh untuk mencerna hal yang baik yang hal yang buruk.

Catatan sebelumnya: Klik di sini 


Catatan 6:

Mana yang lebih penting, teknologi yang canggih atau ketahanan militer yang kuat? Aku mungkin akan pusing memikirkannya. Aku menginginkan keduanya. Tapi setelah melihat generasi muda yang membantu menjaga kesatuan negerinya dan sekolah dengan sistem pendidikan yang baik, keinginanku berubah. Sumber daya manusia adalah yang paling penting. Saat ini, negeriku mungkin jauh sekali dari semua hal tersebut tapi kami pasti berjalan ke arah kemajuan pola pikir itu. Lupakan mimpi itu? Tidak, kami hanya harus terbangun sebab aku mulai percaya bahwa generasiku tidak terlahir sekadar pendompleng kebesaran sejarah.


Friday, June 22, 2018

Sebuah Dongeng Untuk Generasi yang Tertidur 3

Jangan paksakan mereka mencintai apa yang mereka tidak sukai dengan menjejalkannya langsung pada mereka. Ubahlah sedikit, ubahlah resepnya, suapi mereka dengan cara yang berbeda. Wortel yang digigit mentah dan yang dibuat jus tetaplah wortel. Bentuknya saja yang berbeda.

Catatan sebelumnya: Klik di sini


Catatan 4:
Pernah aku terjaga di suatu waktu. Kupikir aku masih terbangun di negeriku sendiri tapi negeri yang kulihat lebih mirip sebuah negeri impian buatku. Di negeri itu, generasi muda mereka membantu menjaga kesatuan negerinya. Mereka berinovasi, saling membantu, menyebarkan cerita yang baik dan informasi yang bermanfaat. Negeri itu damai sekali. Setiap orang yang berada dalam kesulitan akan ditolong oleh orang lain. Lalu orang yang merasa tertolong tersebut juga menolong dua atau tiga orang lainnya. Seperti teori puncak gunung es, tiba-tiba saja tidak ada orang lagi yang mempunyai masalah karena selalu ada yang membantunya.

Sebuah Dongeng Untuk Generasi yang Tertidur 2

Adalah mimpi yang muluk untuk mengubah sebuah negeri dengan sepenggal mantra alakadabra ketika negeri ini mempunyai banyak persoalan yang nyata. Sebuah negeri? Kata itu harusnya diprasakan menjadi lebih sederhana. 

Catatan sebelumnya: Klik di sini.


Catatan 3:
Di negeriku itu, agama dan modernitas adalah dua hal yang berjalan paralel. Agama hanya dikaitkan dengan akhirat dan modernitas dikaitkan dengan kehidupan dunia. Abaikan saja fakta bahwa akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Di negeriku yang nun jauh itu, kejayaan masa lalu hanya terdengar sebagai dongeng yang diceritakan sebagai pengantar tidur. Bahwa, dulu sekali, entah di masa mana itu, sebuah negeri pernah berjaya. Kisah itu kini diceritakan untuk dibanggakan pada generasi berikutnya. Generasi yang terlahir sekadar pendompleng kebesaran sejarah. Lupakan masa lalu? Jangan! Teruslah tertidur agar dongeng itu berkerja sempurna. Begitulah generasi di negeriku, kami lebih memilih tertidur untuk mengulang rekaman sejarah itu dalam mimpi.


Monday, June 18, 2018

Sebuah Dongeng Untuk Generasi yang Tertidur 1

Adalah mimpi yang muluk untuk mengubah sebuah negeri dengan sepenggal mantra alakadabra ketika negeri ini mempunyai banyak persoalan yang nyata. Sebuah negeri? Kata itu harusnya diprasakan menjadi lebih sederhana. Di negeriku, ketika membicarakan sebuah negeri, orang-orang akan mengambil definisi terdekat yang mereka pahami: Negeri adalah sebuah tatanan sistem berkeraturan yang saling terpaut nan penuh celah untuk dirusak. Pun sama, cinta orang-orang di negeriku untuk negeri kian terkikis. Begitu juga aku. Rasa cinta dan nasionalisme itu menguap perlahan, sebelum—mungkin akan hilang selamanya dan menjadi apatis. Sebelum perasaan itu hilang dengan sempurna, izinkan aku membuat beberapa catatan ini. Catatan ‘nyeleneh’, terkhusus untuk diriku sendiri.


Catatan 1:

Aku terlahir di negeri nun jauh. Setiap daerah di negeriku terpisah dan setiap orang merasa bahwa mereka berbeda. Perbedaan itu indah adalah dongeng kedua yang aku dengar sebelum tidur. Tapi, kadang perbedaan itu membuat aku dan pemuda generasiku menjadi tinggi hati. Kami merasa menjadi sekelompok orang yang lebih baik. Sekolompok lainnya yang kehilangan keyakinan diri akan menjadi minder dan merasa tak layak untuk berjalan berdampingan dengan kelompok lain yang terlihat lebih baik. “Begitulah sebuah perbedaan. Tugas kita hanya melihatnya saja,” dalih seorang pemuda dari generasi di negeriku yang nun jauh itu ketika melihat bahwa perbedaan menciptakan kesenjangan.


Sunday, June 10, 2018

THR Buku untuk Menggalakkan Literasi



Menjelang hari raya seperti ini, saya tidak pernah sibuk menyiapkan amplop kecil untuk sepupu atau menukar uang pecahan buat mereka (iya, sepupu saya banyakan bocah). Telepas dari betapa meriah eforia menyambut hari raya, ada banyak alasan saya tidak melakukannya. Diantara alasan tersebut adalah, kenapa uang tersebut difungsikan?