Thursday, June 28, 2018

Sebuah Dongeng Untuk Generasi yang Tertidur 4

Orang-orang di sepenggal cerita dalam mimpiku ini menghargai kehidupan dan bekerja sungguh-sungguh untuk persatuan dan kesatuan di negerinya. Mereka tidak hidup dalam kepompong steril seperti di negeriku dimana ada banyak hal yang difilter dan dicap berbahaya. Seolah kami terlalu bodoh untuk mencerna hal yang baik yang hal yang buruk.

Catatan sebelumnya: Klik di sini 


Catatan 6:

Mana yang lebih penting, teknologi yang canggih atau ketahanan militer yang kuat? Aku mungkin akan pusing memikirkannya. Aku menginginkan keduanya. Tapi setelah melihat generasi muda yang membantu menjaga kesatuan negerinya dan sekolah dengan sistem pendidikan yang baik, keinginanku berubah. Sumber daya manusia adalah yang paling penting. Saat ini, negeriku mungkin jauh sekali dari semua hal tersebut tapi kami pasti berjalan ke arah kemajuan pola pikir itu. Lupakan mimpi itu? Tidak, kami hanya harus terbangun sebab aku mulai percaya bahwa generasiku tidak terlahir sekadar pendompleng kebesaran sejarah.


Negeri adalah sebuah tatanan sistem berkeraturan yang saling terpaut nan penuh celah untuk dirusak. Tapi, jika seseorang membuah sebuah celah untuk merusak sebuah negeri, generasi yang hanya diam dan tertidur adalah penyebab kerusakan itu. Aku ada di generasi itu. Aku harus terbangun, mengucek mata, lalu melihat dengan jelas kerusakan itu. Tidak ada kerusakan yang tidak bisa diperbaiki. Mungkin hanya dengan sedikit usaha, sistem-sistem dalam sebuah negeri itu bisa bekerja dengan teratur lagi. Mungkin hanya sebuah sentilan kecil untuk memperbaiki kerusakannya. Ah, aku hanya tak tahu karena belum mencobanya!


Catatan 7:

Aku terlahir di negeri nun jauh. Rasa cinta dan nasionalisme yang perlahan menguap itu harus mengembun kembali. Aku harus membaca dan memahami banyak hal. Sebab dunia terus berkembang. Kau tahu, Teman, generasi di negeriku menganggap bahwa membaca hanya dilakukan oleh orang-orang yang malas. Adalah membosankan untuk membaca sebuah artikel yang ditulis secara subjektif. Pun hanya ada dua reaksi sederhanya: Menganggukkan kepala yang entah pertanda apa dan melemparkan artikel tersebut ke tong sampah. Catatan ‘nyeleneh’ yang khusus kutulis untuk diriku sendiri ini juga membosankan untuk dibaca. Tapi sebagai penutup, akan aku beritahukan satu rahasia yang selama ini kusimpan: Apa yang kutulis hanya terjadi di negeriku saja. Di sebuah negeri nun jauh yang tidak lagi membutuhkan dongeng untuk generasinya yang tertidur. Kami butuh percikan air dan sebuah tepukan yang saling menyalurkan energi agar kami sama-sama terbangun.

Kau, temanku yang membaca ini, apa kabar generasi di negerimu? Jika mereka sedang tertidur, tepuklah pundaknya dan bangunkan. Adalah mimpi yang muluk untuk mengubah sebuah negeri dengan sepenggal mantra alakadabra ketika sebuah negeri mempunyai banyak persoalan yang nyata. Generasimu pastilah bukan generasi yang hanya menjadi pendompleng kebesaran sejarah. 


No comments:

Post a Comment