Thursday, August 9, 2018

Sehari Bersama Indesign dan Segala Masalahnya


Terpilih sebagai penulis GLN 2018 adalah momen yang unik buat saya. Saya jadi belajar banyak. Kenapa? Karena pakai InDesign. Di awal naskah, saya pakai laptop adik di Indesign 2017 (banyakan dia yang edit sih), sip naskah jadi, kirim, menunggu, dan menang. Nah, ketika ada tambahan isi untuk halaman awal-awal itu (prancis dll), saya revisi sendiri. Download indesign versi up-to-date.Tapi, masalah besar baru datang ketika revisi di sana, bareng ama penulis lain dan panitia, karena waktu trial indesign saya habis! Hanya ada sedikit salah ketik, lainnya naskah saya bersih dari revisi, tapi tetap aja, masalah besar ketika naskah gak bisa dibuka.

Solusi satu: Cari kawan yang punya indesin terbaru. Gak nemu.

Solusi dua: Minta tolong panitia, lah di ruangan saya, Mas Panitia masih pakai indesign 2015.

Solusi tiga: Pakai versi sebelum revisi, yang 2017, bisa dibuka soalnya Mas Panitia dari ruangan sebelah sudah pakai Indesign 2017. Selesai masalah? Ternyata enggak. Si adik memisahkan naskah menjadi dua file indesign. Kata Mas Panitia, bisa kok digabungin tapi pas beliau gabungin, hasilnya kacau. Letak gambar plus embel-embelnya berantakan. Mana gambarnya banyak banget lagi. Si Mas ngotak-ngatik, coba ini itu, hasilnya tetap kacau. Si Mas nyerah.

Solusi empat: makan kue, minum kopi, nenangin diri.
Ada Mas baik hati di ruangan saya yang bantuin convert pdf ke indesign, download versi indesign lain, versi crack dll dan semua tetap gak berhasil.
Ketika teman lain sibuk revisi naskah, saya sibuk dengan ketidakjelasan. Kabar baiknya, dengan segitu banyak percobaan yang kami coba, saya jadi paham tentang Indesign. Oya, Si Mas yang bantuin saya itu juga bantuin teman lain. Jadi tiap ada yang nemu masalah terkait indesign, mereka datang ke Si Mas, yang karena ada di sebelah saya jadi saya ikutan belajar mengatasi masalah kalau terjadi ini-itu. Sebut saja hari itu sebagai kisah "Sehari Bersama Indesign"
Masalah selesai? Ya tidak, saya tidak menemukan solusinya.
Si Mas yang bantuin saya juga nyerah soalnya sampai jam 9 malam masih stuck di masalah yang sama. Ups, bohong, saya yang nyerah. Gerah, belum mandi lagi seharian hahaha

Solusi lima: Minta tolong ama adik untuk merivisi naskah. Suruh dia gabungin semua plus editnya.
Hampir berhasil. Tapi file yang dia kirim gak terbaca pula. Saya langsung buka email di komputer panitia lho. Tetap gak bisa juga. Ya sudah, pulang deh. Saya bilang sama panitia, saya kirim secepatnya.
Nah, ada yang punya teori kenapa naskah pdf gak bisa di convert ke Indesign? Kalau ada, saya bakal share "hal unik" lainnya tentang masalah Indesign ini. Kisah si adik yang ternyata terlalu out of the box dalam kisah pengeditan naskah ini.

Solusi enam: Edit naskah dari awal.
Saya akhirnya jatuh pada pilihan ini. Ngedit sendiri semuanya, masukin gambar yang seabrek dan segala-galanya itu. Atur naskah mulai dari jarak, tab, desain gaya-gayaan, nge-link gambar dll mah sekarang udah paham. Terima kasih masalah! Terima kasih juga untuk Mas Panitia dan Mas baik hati di ruangan saya. Terima kasih karena udah sabar ngadapin naskah saya yang gak bisa dibuka, lalu mengeluarkan semua jurus jitu untuk menyelesaikannya. Saya kan jadi dapat contekan ilmunya ðŸ˜„

Sebenarnya ada solusi yang lebih mudah: klik License This Software dan ikuti semua prosesnya sampai akhir.

*Sejatinya, postingan ini hanya curhat :)

No comments:

Post a Comment