Sanggar Belajar Cerdas, sebuah sanggar belajar di kota saya, adalah salah satu tempat pendidikan luar sekolah terbaik yang pernah saya temukan. Ada banyak sekali taman baca, rumah belajar dan kelompok belajar lainnya yang didirikan oleh masyarakat, tapi bagi saya, SBC tetap menjadi sebuah tempat yang spesial. Pertama kali saya mengenal tempat ini, saya menatap bocah-bocah yang belajar di sini dan terkesima. Selain cerdas mereka juga mempunyai karakter yang menarik. Anak-anak yang sopan, eksperimental, bertutur kata baik, dan mudah bergaul. Mereka terbuka sekali melihat relawan baru yang mengajar.
Mau mengenal mereka? Selain belajar di sanggar, salah satu saat menyenangkan saat bersama mereka adalah saat outbound, 11 Maret 2019. Waktu yang menyenangkan dengan serangkaian kegiataan seru. Oh iya, outbound dalam bahasa Indonesia disebut mancakrida. Berikut ini adalah beberapa permainan dan kegiataan yang dilakukan saat mancakrida tersebut:
Permainan 1:
Permainan ini sederhana. Sebuah bambu direntangkan diantara dua batu dan anak-anak dapat berjalan di atasnya. Tujuan permainan ini adalah melatih keseimbangan diri mereka dan memupuk sikap berani. Tenang saja, kegiataan ini tidak berbahaya. Airnya tidak dalam dan lokasinya sudah dipastikan aman, dalam artian tidak ada batu cadas yang berbahaya, kalau-kalau ada anak yang terjatuh saat berjalan di atasnya.
Permainan 2:
Pada permainan ini, Ada dua bambu yang disusun sejajar. Di satu sisi, jarak antara kedua bambu itu sangat dekat tapi semakin jauh, jaraknya semakin melebar. Permainan ini dilakukan berpasangan. Dua pemain yang menang adalah dua orang yang berhasil melewati bambu tanpa terjatuh. Hal ini menarik karena saat jarak bambunya semakin merenggang, pemain yang awalnya hanya memegang tangan satu sama lain, mulai kesulitan saat jarak melebar dan tangan mereka tidak bisa memegang satu sama lain lagi. Bagaimana caranya untuk menang? Ayo pikirkan strateginya. Kegiatan ini bisa melatih kemampuan berpikir kritis dan bekerja sama.
Contekan: Jangan saling menarik. Tapi saling menahan. Percaya pada temanmu.
Pada permainan ini, Ada dua bambu yang disusun sejajar. Di satu sisi, jarak antara kedua bambu itu sangat dekat tapi semakin jauh, jaraknya semakin melebar. Permainan ini dilakukan berpasangan. Dua pemain yang menang adalah dua orang yang berhasil melewati bambu tanpa terjatuh. Hal ini menarik karena saat jarak bambunya semakin merenggang, pemain yang awalnya hanya memegang tangan satu sama lain, mulai kesulitan saat jarak melebar dan tangan mereka tidak bisa memegang satu sama lain lagi. Bagaimana caranya untuk menang? Ayo pikirkan strateginya. Kegiatan ini bisa melatih kemampuan berpikir kritis dan bekerja sama.
Contekan: Jangan saling menarik. Tapi saling menahan. Percaya pada temanmu.
Permainan 3:
Permaian ini dilakukan oleh sekelompok orang. Ada sebuah pipa air yang penuh lubang. Di dalam lubang tersebut, ada sebuah bola plastik. Jadi, seseorang harus mengisi pipa penuh lubang tersebut sampai penuh agar bola plastiknya bisa keluar. Gimana bisa penuh? Anggota kelompok lain harus menutup lubangnya. Karena ada banyak sekali lubang, biasanya anggota kelompok panik menyusun jari mereka untuk menutup lubang. Terlihat sepele tapi permainan ini mengajarkan kerja sama dan kemampuan mencari peluang dan kontribusi dalam kelompok.
Permainan 4:
Permainan ini dimainkan oleh grup yang lebih besar. Satu kelompok terdiri dari tiga orang. Dan dalam satu kali permainan harus ada beberapa kelompok. Katakanlah, dalam satu kelompok, ada satu orang anak rusa dan dua orang pohon. Dua orang yang menjadi pohon harus saling memegang tangan satu lain lain membentuk lingkaran (seperti konsep rumah) dan anak rusa berjongkok di bawah lingkaran tersebut (seperti berada di dalam rumah). Saat pemandu mengatakan kata kuncinya, semisal "petualangan rusa" maka rusa harus keluar dari rumahnya dan berpindah ke kelompok lain yang masih kosong dalam waktu tertentu. Jika mereka gagal menemukan rumah saat waktu habis, pengawas bisa meminta mereka melakukan sesuatu seperti menyanyi atau menjadi pemberi komando berikutnya. Saat perpindahan kelompok ini, biasanya ada anak kecil yang panik mencari "pohon" mana yang belum ada anak rusanya. Saat mereka berlarian mencari tempat seperti itu, saya bisa melihat bahwa mereka melatih fisik dan psikis karena harus berlari dan tetap mengamati sekitar.
Belajar Tentang Air:
Selain bermain, selama mancakrida, anak-anak juga dibekalkan pengetahuan tentang alam. Salah satunya seperti foto di bawah ini. Mereka berkumpul dan mendengarkan asal muasal air yang ada. Kamu juga tahu kan? Salah satu cara untuk mendapatkan lingkungan penuh sumber air adalah menanam sebanyak mungkin pohon. Hal ini pernah dijelaskan di sekolah dan dipraktekkan selama mencakrida (sekaligus penanaman pohon). Anak-anak lebih bersemangat membaca saat mereka bisa mengaplikasikan apa yang mereka baca.
Para relawan:
Sebenarnya ada beberapa permainan seru lain selama kegiatan mancakrida lalu. Tapi, intinya, permainan di mancakrida bertujuan untuk membangun kerja sama tim. Dan saya melihat hal ini terbangun diantara anak-anak sanggar. Sebagai relawan, saat menjaga dan mengawasi anak-anak tersebut, kami juga membangun kerja sama tim yang baik :) Sejujurnya, bertemu dengan para relawan di sini adalah kebahagian tersendiri untuk saya. Mereka percaya, generasi emas adalah generasi yang seimbang iptek, agama dan karekternya. Dan mancakrida adalah salah satu cara penerapan apa yang dipelajari di ruangan kelas ke alam bebas.
Saat saya mendengar visi pendiri sanggar ini, yang lebih menekankan pada pendidikan karakter, saya kembali sadar: betapa saya hanya buih di lautan. Saya masih harus belajar banyak hal.
Selain bermain, selama mancakrida, anak-anak juga dibekalkan pengetahuan tentang alam. Salah satunya seperti foto di bawah ini. Mereka berkumpul dan mendengarkan asal muasal air yang ada. Kamu juga tahu kan? Salah satu cara untuk mendapatkan lingkungan penuh sumber air adalah menanam sebanyak mungkin pohon. Hal ini pernah dijelaskan di sekolah dan dipraktekkan selama mencakrida (sekaligus penanaman pohon). Anak-anak lebih bersemangat membaca saat mereka bisa mengaplikasikan apa yang mereka baca.
Para relawan:
Sebenarnya ada beberapa permainan seru lain selama kegiatan mancakrida lalu. Tapi, intinya, permainan di mancakrida bertujuan untuk membangun kerja sama tim. Dan saya melihat hal ini terbangun diantara anak-anak sanggar. Sebagai relawan, saat menjaga dan mengawasi anak-anak tersebut, kami juga membangun kerja sama tim yang baik :) Sejujurnya, bertemu dengan para relawan di sini adalah kebahagian tersendiri untuk saya. Mereka percaya, generasi emas adalah generasi yang seimbang iptek, agama dan karekternya. Dan mancakrida adalah salah satu cara penerapan apa yang dipelajari di ruangan kelas ke alam bebas.
Saat saya mendengar visi pendiri sanggar ini, yang lebih menekankan pada pendidikan karakter, saya kembali sadar: betapa saya hanya buih di lautan. Saya masih harus belajar banyak hal.
Terima kasih untuk Sanggar Belajar Cerdas dan Camp Rasamala untuk semua tawa hari itu.