“Ayah,” panggil Ina.
Ina duduk di ayunan di
halaman belakang rumah mereka sambil menunggu Ayah. Hari itu Ayah sudah
berjanji untuk menceritakan kisah Firaun padanya. Dan Ina sudah tak sabar untuk
mendengarnya.
“Iya, Sayang,” sahut Ayah.
Tak lama kemudian Ayah datang dan duduk di ayunan itu juga.
Ina suka mendengarkan Ayah
bercerita. Ayah terlihat lucu jika Ayah memerankan tokoh yang sedang tertawa.
Ayah terlihat lucu jika Ayah memerankan tokoh yang sedang menangis. Biasanya
Bunda juga akan bergabung mendengar Ayah bercerita. Lalu ketika Ayah bercerita,
Ina dan Bunda mendengarkan Ayah sambil memakan kue buatan Bunda.
“Ina…” panggil Bunda.
“Ina…” panggil Bunda.
“Asyik, kue,” sahut Ina
senang.
“Bukan, kuenya masih belum
matang,” jawab Bunda. “Katanya Tante Tiara mau datang hari ini sama Alif,”
lanjut Bunda.
“Alif?”
“Anaknya Tante Tiara. Halapan
surah Alif sudah banyak lho.”
“Wah,” sahut Ina.
Sudah lama sekali Tante
Tiara tidak datang ke rumah mereka. Ina bahkan belum pernah bertemu dengan
Alif. Mendengar cerita Bunda bahwa hapalan surah Alif sudah banyak, Ina merasa mendapatkan
saingan.
“Alif
sudah pandai membaca Al-Qur’an, Bunda?” tanya Ina penasaran.
“Belum.”
Yes, pekik Ina girang. Ina
merasa Alif adalah saingannya. Walau hapalan Surah Ina masih sedikit, Ina sudah
lancar membaca Al-Qur’an. Syamil Quran cantik pemberian Bunda membuat Ina semangat mempelajarinya. Tapi Ina
masih penasaran, jika Alif belum bisa membaca Al-Qur’an, bagaimana Alif bisa
menghapal surah tersebut?
Saat Ina membantu Bunda membersihkan rumah dan menyiapkan kue untuk
Tante Tiara dan Alif, terdengar suara pintu terketuk.
“Biar Ina lihat, Bunda,” sahut
Ina.
Ina langsung berlari dan membukakan pintu. Ternyata Tante Tiara yang
datang. “Ayo masuk, Tante,” ucap Ina.
“Assalamuailaikum,” ucap Tante Tiara lalu masuk.
Ina langsung memperhatikan sekeliling rumah. Ina heran karena tak
melihat siapapun selain Tante Tiara dan seorang anak kecil yang digendong Tante
Tiara.
“Mana Alifnya, Tante?” tanya Ina.
“Ini,” Tante Tiara melepaskan anak kecil yang ada dalam gendongannya.
“Alif, kasih salam sama kakak,” ucap Tante Tiara.
“Tatak…” ucap Alif berlari kearah Ina.
Ina tertawa melihat Alif. Ternyata Alif masih berumur tiga tahun. Apalagi
ketika Alif makan, dia masih disuapi. Wajahnya lalu kotor belepotan makanan.
Alif tampak lucu. Tapi, Ina tetap tak mau kalah. Jika Alif kecil saja
hapalan sudah banyak, Ina harus lebih rajin memperbanyak hapalannya. Ina sudah
bertekad, masa sih kalah sama Alif kecil yang makan masih berserakan?